Beranda | Artikel
Berbuka Puasa
Senin, 12 April 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Berbuka Puasa adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Sifat Puasa Nabi. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 24 Sya’ban 1442 H / 7 April 2021 M.

Kajian Islam Tentang Berbuka Puasa

Pada pertemuan yang sebelumnya kita telah membahas beberapa poin terkait berbuka puasa, yaitu:

1. Kapan Orang Yang Puasa Berbuka ?

Syaikh Abdur Razaq telah meriwayatkan dalam Mushannaf 7591 dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari 4/199 dan al-Haitsami dalam Majma’ Zawaid 3/154 dari Amr bin Maimun Al-Audi.

كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَ النَّاسِ إِفْطَارًاوَأَبْطَاءَ هُمْ سَحُورًا

“Para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang-orang yang paling bersegera dalam berbuka dan paling akhir dalam sahur.”

2. Menyegerakan Berbuka

  • Menyegerakan berbuka puasa mendatangkan kebaikan.
  • Menyegerakan berbuka puasa adalah Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  • Menyegerakan berbuka puasa adalah menyelisihi Yahudi dan Nasrani.

Dalam hadits-hadits yang sudah disebutkan tadi terdapat berbagai macam faedah, yaitu:

Pertama, agama Islam akan tegak dan kuat dengan menyelisihi ahli kitab di dalam kebiasaan-kebiasaan mereka.

Kedua, berpegang teguh dengan Islam dilakukan secara umum ataupun rinci. Kita sebagai seorang muslim semestinya melaksanakan syariat Islam secara rinci ataupun secara global.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu dalam Islam secara kaffah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 208)

Oleh sebab itulah membagi Islam menjadi inti dan kulit adalah pembagian yang bid’ah. Pembagian seperti ini mendorong kaum muslimin hanya memikirkan yang tidak penting dan tidak ada dasarnya dalam agama Islam.

Maka kita sebagai kaum muslimin, umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, senantiasa berusaha mengerjakan syariat Islam baik yang rinci ataupun yang umum, seluruhnya kita kerjakan. Apa saja yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berupa syariat maka kita kerjakan.

Ketiga, bagaimanapun keadaan yang menimpa kaum muslimin, mungkin difitnah dan direndahkan, maka berdakwah kepada Allah tetap terus jalan agar kaum muslimin mengerjakan syariat Islam yang umum ataupun yang rinci. Dan kejadian-kejadian besar yang menimpa umat Islam tidak menjadikan kita membedakan antara syiar-syiar Islam. Dan tidak menjadikan kita untuk mendahulukan sebagian dengan merendahkan sebagian yang lain.

Maka kita tidak mengatakan seperti kebanyakan orang-orang yang mengatakan: “Perkara ini adalah perkara yang dasar, perkara khilafiyah disampingkan dulu, jangan terlalu jelimet, biarkan kita bersatu dulu.” Tidak demikian.

Perhatikanlah ini, wahai engkau para da’i yang berdakwah kepada Allah diatas ilmu pengetahuan, engkau sudah mengetahui bahwa tetapnya dan tegaknya agama terlihat jelas bahwa salah satu penyebabnya adalah dengan menyegerakan berbuka puasa. Yang mana berbuka puasa benar-benar terealisasi dengan terbenamnya matahari.

Maka bertakwalah orang-orang yang mengira bahwa berbuka saat terbenam matahari adalah sebuah keadaan yang merusak. Mendakwahkan untuk menghidupkan hal ini termasuk daripada berdakwah kepada kesesatan dan kebodohan.

Meereka mngatakan bahwa dakwah untuk menyegerakan berbuka puasa adalah dakwah yang tidak ada nilainya. Dan juga mereka berpendapat bahwasanya tidak mungkin kaum muslimin bersepakat atasnya karena dia termasuk perkara-perkara cabang yang terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama atau termasuk hanya kulit saja. Semua sangkaan seperti ini tidak benar.

Ketahuilah baik-baik wahai pendakwah yang berdakwah kepada Allah di atas ilmu pengetahuan bahwa agama akan tegak secara jelas disebabkan karena salah satunya menyegerakan berbuka puasa.

Keempat, berbuka sebelum shalat maghrib. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berbuka puasa sebelum shalat. (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu dengan sanad yang hasan)

Menyegerakan berbuka juga termasuk daripada akhlaknya para Nabi. Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu : “Tiga perkara yang merupakan akhlak para Nabi : menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan di atas tangan kiri dalam shalat.” (HR. Thabrani)

3. Berbuka puasa dengan apa?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk berbuka puasa dengan ruthab (kurma yang masih basah). Kalau seandainya tidak ada kurma, maka hendaknya berbuka dengan air. Ini termasuk kesempurnaan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kegigihan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap umatnya.

Rabb semesta alam yang telah mengutus Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai ramhat untuk alam semesta berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari diri kalian, merasa berat atas apa yang kalian rasakan dari kesulitan, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat pengasih dan penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. At-Taubah[9] : 128)

Karena memberikan badan dengan sesuatu yang manis dan pada saat itu alat pencernaan kita kosong, ini lebih mudah diterima dan lebih bermanfaat untuk anggota tubuh. Terutama badan yang sehat, maka sesungguhnya dia akan semakin kuat. Adapun air, sesungguhnya terjadi kekeringan pada tubuh kita dengan puasa, maka dilembabkan dengan air. Sehingga sempurna manfaatnya dengan makanan.

Ketahuilah wahai hamba yang taat, bahwa kurma memiliki keberkahan-keberkahan dan faedah-faedah yang khusus, demikian pula air memberikan pengaruh pada hati dan menyucikannya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang-orang yang mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (ia berkata):

كَانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أََنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbuka dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan tamr (korma kering), jika tidak ada tamr maka meneguk beberapa tegukan air.” (HR. Ahmad)

4. Apa yang diucapkan saat berbuka?

Ketahuilah wahai saudaraku yang sedang berpuasa -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan petunjuk kepada kita seluruhnya untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- bahwa engkau memiliki doa yang dikabulkan saat berbuka puasa. Maka gunakakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Berdoalah engkau kepada Allah dalam keadaan yakin dikabulkan oleh Allah.

Dan ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai. Berdoalah kepadaNya, meminta apa saja dari permintaan-permintaan kebaikan, semoga engkau mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْجَابَاتٌ : دَعْوَةُ الصَّائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga do’a yang dikabulkan: do’a orang yang berpuasa, do’a orang yang terdzalimi, do’anya musafir.” (HR. Uqaili dalam Ad-Dhu’afa’ dan yang lainnya)

Jadi, salah satu amalan inti Ramadhan adalah banyak-banyak berdoa.

Dan do’a yang tidak ditolak ini terjadi saat engkau berbuka. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّا ئِمُ حِيْنَ يُفْطِرُ، وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

“Tiga orang yang doanya tidak ditolak: seorang yang berpuasa saat berbuka, imam yang adil, dan do’anya orang yang terdzalimi.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban.)

Juga berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda.

إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

“Sesungguhnya orang yang berpuasa, saat berbukanya memeliki doa yang tidak tertolak.” (HR. Ibnu Majah, Hakim, dan yang lainnya)

Dan do’a yang paling utama adalah do’a yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa jika berbuka membaca:

ذَهَبَ الظَّمَاءُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Telah hilang rasa haus, dan telah terisi usus-usus, dan telah tetap pahala dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, Hakim dan yang lainnya)

Lalu bagaimana penjelasan para ulama tentang hadits:

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50056-berbuka-puasa/